Jepang adalah
sebuah negara yang membentang dari tmur laut sampai barat daya dan mempunyai
luas wilayah sekitar 370.000 km2. jepang memiliki empat pulau besar
yaitu Hokkado, Honshu, Shikoku dan Kyushu. Sampai saat ini Jepang merupakan
Negara Kekaisaran yang hanya memiliki satu dinasti yang berkuasa. Menurut buku
Kojiki yang ditulis pada tahun 712, kasisar jepang merupakan keturunan Dewa
Matahari. Epang ketka memasuki jaman sejarah beum memiliki kebudayaan sendiri.
Kebudayaan Jepang yang berkembang hanyalah merupakan modifikasi dari
perkembangan kebudayaan Cina yang masuk ke Jepang. Wlaupun demikian Jepang
ketika masih dalam jaman pra sejarah masih memiki kebudayaan asli yang cukup
banyak walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa selanjutnya kebudayaan Jepang
mendapat pengaruh kebudayaan Cina.
Kebudayaan tak
dapat terkekang oleh perbatasan wilayah maupun perbatasan kebangsaan. Dengan
adanya kebudayaan Tiongkok mengalirlah kebudayaan kebudayaan tersebut ke Jepang
karena Jepang bertetangga dengan Tiongkok. Peradaban Jepang berbeda dengan
perdaban Tiongkok. Peradaban Jepang berbeda dengan Cina, dengan adanya
perbedaan peradaban tersebut adanya peradaban Jepang di bawah peradaban Cina
sehingga membuat jepang inggin mempelajari dan mengetahui peradaban dari Cina.
Seperti yang
terjadi di berbagai negara di dunia, setiap kebudayaan dari suatu negara yang
masuk ke negara lain pasti akan menimbulkan sikap pro dan kontra dalam
menyikapi kebudayaan yang masuk tersebut. Terlebih lagi apabila kebudayaan yang
masuk tidak mau berakulturasi dengan kebudayaan setempat, pasti kebudayaan
tersebut tidak akan diterima.
Demikian pula
halnya dengan kebudayaan Cina yang masuk ke Jepang, ada kebudayaan Cina yang
diterima dan ditolak oleh orang Jepang. Orang Jepang mau mengadopsi kebudayaan
Cina apabila ia menganggap hal itu menguntungkan bagi orang Jepang dan orang
Jepang tidak mau mengadopsi kebudayaan Cina apabila hal itu tidak
menguntungkan.
Hasil-hasil
kebudayaan Jepang pra sejarah cukup banyak. Tentang uraian kebudayaan Jepang
pada masa pra sejarah akan diuraikan sebagai beikut:
a.
Zaman Palaeo dan Neolitikum
Penyelidikan
arkeologi di jepang masih muda, dari zaman Palaeolitikum hanya sedikit yang
diketahui. Tahunn 1931 Palaeolitikum hanya sedikit yang diketahui. Tahun 1931
di Honsu Selatan ditemukan benda-benda Palaeolitikum berupa alat-alat dari batu
kasar bersama dengan sisa tulang-tulang gajah yang sudah musnah.
Disepanjang
pantai Jepang bukit-bukit timbunan kulit kerang yang disebut Kaikuza dan
sifatnya sama dengan bukit-bukit Kjokkenmodding di pantai Denmark dan
Sumatera Timur (antara Medan dan Langsa) dimana juga terdapatr bekas
rumah-rumah yang disebut Tate-Ana.
Dari
dalam Kjokkenmodding itu juga ditemukan benda-benda Neolitikum yang
terdiri dari alat-alat batu halus dan keramik. Dalam bentuknya yang tertua,
kebudayaan itu berasal dari nenek moyang bangsa Ainu. Benda-benda keramik
mempunyai bentuk dan corak yang khas, yang dalam arkeologi Jepang disebut Jomon.
Keramik itu disebut demikian menurut bekas anyaman yang sering terdapat pada
benda itu. Hiasannya terutama pada periuk Jomon dari zaman Neolitikum bagian
yang lebih kemudian, terdiri dari lukisan yang berliku-liku dalam bentuk
dekorasi timbul (relief). Ditemukan pula patung-patung orang dari tanah liat,
kecil dan sangat sederhana bentuknya (haniwa). Periuk Jomon itu banyak
ditemukan di Honshu Timur dan Utara.
Orang-orang
dari zaman itu masih berburu dan menangkap ikan. Rumah-rumah berbentuk sarang
lebah. Agama mereka bercorak dinamisme. Patung Haniwa boleh jadi patung dewi.
Terdapat juga Gada batu dipakai dalam pembuatan magi (sihir). Orang mati
dikuburkan tanpa peti mayat, tangan dan kaki bertekuk dan kadang dadanya
ditindih batu besar.
Manusia
Jepang pada masa ini telah mengenal kehidupan kolektif dan tidak mengenal
perbedayaan kaya maupun miskin atau tidak mengenal strata. Namun merekaz sudah
mengenal kepercayaan yang dinamisme. Patung-patung haniwa bole jadi merupakan
cerminan dari dewa-dewa mereka. Ditemukan semacam gada yang terbuat dari batu
dan kemungkinana dipergunakan dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat magi.
Mereka
juga sudah mengenal sistem penguburan orang mati walaupun orang mati tdak
dkuburkan dalam peti. Posisi kaki dan tangan ditekuk dan kadang-kadang dada
mayat ditindih dengan btu yng besar. Penguburan tersebut dipercaya bahwa roh
orang yang meninggal tidak akan kembali kepada tubuhnya.
b.
Jaman Batu Perunggu dan Perunggu Besi
Dari
beberapaa temuan peninggalan kebudayaan pada jaman batu perunggu dan perunggu
besi dapat diketahui bahwa kebudayaan Cina telah masuk ke Jepang melalui Korea.
Sekitar tahun 200 SM, pengaruh kebudayaan Cina mulai masuk ke Jepang melalui
Korea mepengaruhi sistem pertanian dan juga patung-patung dari tanah liat.
Kebudayaan baru tersebut disebut dengan corak Yayoi yang pusat
kebudayaannya terletak di Honshu selatan dan Kyushu. Sedangkan pusat kebudayaan
Jomon terletak di Honshu Timur dan selatan. Biasanya periuk jomon terdapat
dalam lapisan yang dibawah Yayoi oleh karena itu Yayoi dianggap lebih muda.
Melalui
Korea masuk juga kampak neolithikum yang berbentuk corong (kampak lensa).
Periuk-peruk Yayoi bentuk dan perhiasannya lebih sederhana tetapi tekhnik
pembuatannya lebih maju daripada peruk jomon. Selain itu juga ditemukan benda-benda
logam diantaranya pedang, tombak dan loncenfg dari perunggu. Alat-alat perunggu
diperkirakan dgunakan dalam upacara ritual seperti lonceng perunggu yang dsebut
dengan dotaku yang menggambarkan cara penghidupan penduduk yang telah mengenal
pertanian sederhana.
Penduduk
Jepang juga sadar diperlukan kehidupan secara kolektif secara teratur.
Disamping itu mulai muncul suatu dikotomi adanya kaya dan miskin sehingga
menimbulkan perbedaaan sosial dan politik antara kelompok yang memerintah
dengan kelompok yang diperintah.
Sensi-sendi
Kebudayaan Jepang
A.
Merangkai Bunga
Menurut
Japan, The Official Guide, seni Ikebana (merangkai bunga) ini telah berkembang
sampai saat ini merupakan usaha Jepang asli dimana bebas dari pengaruh luar
negeri. Ada banyak cara merangkai bunga menurut selera orang Jepang. Jumlah
cara itu melebihi 300, tetapi ke-300 lebih aliran merangkai bunga itu dibagi
menjadi dua cabang utama, yakni formil dan wajar.
Yang
termasuk cabang formil adalah style Rikka atau style berdiri. Dari style ini
lahir sebuah bentuk yang disukai rakyat. Bentuk ini dinamakan style
Ten-Chi-Jin, yakni style langit-bumi-manusia.
Sedang
cabang wajar, mencakup juga apa yang dinamakan Nageire, atau style dilempar
masuk. Semacam style pula, style Bunjin-Ike, berasal dari sekolah Nageire.
Style Bunjin-Ike ini telah diciptakan oleh golongan sastrawan (Bunjin) abad
ke-18.
2.2
Perkembangan Kebudayaan Asli Jepang Sebelum Masuknya Kebudayaan
Sebelum
mendapat pengaruh secara intensif dari Cina sebenarnya kebudayaan Jepang sendiri
belum berrkembang dan juga belum memiliki corak kekhasan sendiri artinya
kebudyaan Jepang masih bersifat universal. Artinya setiap kebudayaan dimuka
bumi ini pasti melalui tahap-tahap kebudayaan purba seperti yang terjadi di
Jepang. Pada jaman Yamato sebenanya Jepang belum mampu menciptakan kekhasan
kebudayaannya. Bahkan pada jaman Yamato Jepang belum memasuki jaman sejarah.
Karena pada saat itu Jepang pada khususnya belum mengenal huruf-huruf sehingga
dapat dikatakan Jepang masih dalam jaman pra sejarah.
Walaupun
demikian, pada jaman Yamato sudah mulai berkembang kepercayaan Shinto yang
tujuannya untuk pemujaan para dewa, shinto sendiri berarti jalan dewa. Pusat
pemujaan dalam shinto adalah dewa matahari (ameterasu omiikmi) dan Jenno
sebagai wakilnya dibumi. Untuk pemujaan dewi matahri itu didirikan sebuah kuil
pemujaan di Ise dan di Idzumo untuk dewi bumi. Dalam kuil tersimpan cermin suci
dari shintoisme. Melalu agama shinto terjadi pemujaan kekuasaan negara dengan
Tenno sebagai lambangnya.
Perkembangan
dalam bidang kebudayaan lainya adalah perkembangan teknik bercook tanam yang
menjadi sifat dasar agraris Jepang sebelum berkembang menjadi negara
industrialisasi. Dan juga dibangun sistem gilde untuk mengatur sistem
perekonomian jepang pada waktu itu. Selain itu juga dikenal sistem penguburan
jenasah orang yang telah meninggal. Penguburan ini menggunakan peti mati dan
diiringi dengan upacara penguburan. Untuk keluarga Tenno dan orang terkemuka
kuburnya dibangun di bukit-bukit yang disebut dengan tumuli. Kuburan atau
tumuli untuk tenno disebut dengan misasagi dan memiliki ukran yang besar. Dalam
tumuli tersimpan cermin perunggu, pedang, pakaian peang, helm dan ikat pinggang
dari perunggu, manik-manik kecil berbentuk bulan sabit dan batu permata. Manik-manik
bulan sabit tersebut sebesar kuku dan disebut dengan magatama.
Agama shnto
berkembang dengan pesat. Kuil-kuil pemujaan banyak didirikan. Agama tersebut
terdiri dari pemujaan-pemujaan terhadap tenaga alam, tidak mempunyai sistem
etika atau kesusilaan, teologi dan tidak menyebut adanya surga atau neraka.
Dewa-dewa yang baik disebut dengan kami dan jin atau setan disebut dengan oni.
Sebenarnya nama
shinto diberikan pada kepercayaan atau agama tersebut setelah agama Budha masuk
ke Jepang. Tujuannya untuk membedakan ajaran dan pelaksanaan antara kedua agama
tersebut.
2.3 Pengaruh Kebudayaan Cina Terhadap
Kebudayaan Jepang
Dahulu budaya
Jepang merupakan budaya asli Jomon yang kokoh dengan
pengaruh dari luar negeri yang menyusul. Pada awalnya China
dan Korea membawa pengaruh, yang berawal dengan
berkembangnya budaya Yayoi sekitar 300 SM yang mempengaruhi seni dan keagamaan di
Jepang. Tapi dalam perkembangannya Kebudayaan Cinalah yang banyak memberikan
pengaruh terhadap kebudayaan Jepang. Pengaruh budaya Cina masuk dan berkembang
melalui orang – orang Tionghoa yang hidup dan menetap di Jepang, mereka membawa
masuk unsur – unsur kebudayaan Tionghoa. Selain kebudayaan, agama, bahasa dan
tulisan yang digunakan di Jepang juga mendapat pengaruh dari budaya Cina.
Tentang ajaran konfusianisme, Taoisme dan agama Budha yang berkaitan erat
dengan kebudayaan Cina sangat terkenal di Jepang. Setelah melihat cara hidup
orang Tionghoa, orang Jepang pun merasa tertarik dengan cara hidup mereka. Dan
orang Jepang menganggap semua yang datang dan berasal dari Tiongkok dipandang
indah, ini mengakibatkan semua yang bersifat Tiongkok dipandang bagus oleh
jepang. Selain itu dampak lain dari pengaruh kebudayaan Cina terhadap kebudayaan
Jepang adalah dalam bidang arsitektur yang mana rumah-rumah Jepang juga
terpengaruh oleh pola-pola rumah-rumah Cina. Namun, Jepang tidak menru begitu
saja, tetapi justru memadukan unsur-unsur arsitektur Jepang asli dengan
unsur-unsur arsitektur Cina. Meskipun Jepang menerima unsur-unsur kebudayaan
Cina, tetapi tidak semua unsur diterima. Semua unsur kebudayaan Cina tersebut
diolah dan dipadukan dengan kebudayaan Jepang. Dengan demikian terjadi
akulturasi budaya antara budaya Cna dengan budaya Jepang. Selain tu akulturasi
terserbut terlihat dalam bentuk kerajaan pada Jaman Yamato yang sudah berbentuk
kerajaan kesdatuan. Di samping itu juga telihat dalam menyusun tarikh Jepang
dan juga dalam bentuk peraturan-peraturan kerajaan. Namun meskipun mendapat
pengaruh kebudayaan Cina, namun tidak seluruhnya diterima. Ada beberapa ciri
khas kebudayaan Jepang tidak bisa dipengaruh atau digant dengan kebudayaan
Cina. Hal tersebut menyangkut kedudukan Tenno sebaga simbol dea yang memanusia,
karena Tenno adalah keturunan langsung dari Ameterasu. Selain itu juga
kepercayaan Shinto tidak berubah menjadi konfusianisme yang dikembangkan oleh
cina.
Berikut ini
merupakan beberapa Budaya Cina yang telah mengalami akulturasi dengan
kebudayaan Jepang:
a. Tulisan dan bahasa
Tulisan
dan bahasa Jepang berasal dari tulisan dan bahasa China (kanji), Tulisan dan
bahasa Cina masuk ke Jepang dibawa oleh seorang sarjana dari korea yang bernama
Wani, awalnya dia hanya mengajarkan tentang huruf Cina. Tapi mempelajari
tulisan Cina tidak bisa dilakukan tanpa mempelajari bahasa Cina. Sebelumnya
orang Jepang tidak mempunyai sistem penulisan sendiri, maka orang Jepang
mengambil sistem penulisan orang Cina. Dalam pemakaian huruf-huruf Cina, bangsa
Jepang menggunakan dua cara, yaitu dengan cara fonetis dan cara ideografis.
Dalam cara pertama dipergunakan untuk menulis atau membaca ucapan-ucapan Jepang
yang ditulis dengan huruf Cina dan sebunyi dengan artinya, tetapi dipergunakan
dengan ucapan-ucapan Jepang. Pada permulaan pemakaian, memang banyak terjadi
kekacauan, terutama dalaam pemakaian cara fonetis. Namun, setelah mengalami
perkembangan yang lama dan ditemukan sistem yang sempurna, akhirnya dapat
dtuliskan tiap-tiap kata Jepang. Dan pada akhirnya tulisan dan bahasa yang
berasal dari Cina ini dijadikan bahasa dan tulisan resmi di Jepang.
Tulisan
Jepang terbagi kepada tiga:
· aksara Katakana
dipergunakan dalam kepentingan sehari-hari. keduanya berunsur daripada tulisan kanji
dan dikembangkan pada abad kedelapan Masehi oleh rohaniawan Buddha
untuk membantu melafazkan karakter-karakter China.
Bahasa
Jepang yang kita kenal sekarang ini, ditulis dengan menggunakan kombinasi huruf
Kanji, Hiragana, dan Katakana. Hiragana ditulis sesudah kanji untuk mengubah
arti dasar dari sebuah kata, dan menyesuaikannya dengan peraturan tata bahasa
Jepang.
b.
Agama
Shinto
(Shintō diserap dari bahasa mandarin menjadi shin dan tou yang bermakna
“jalan/jalur dewa”) merupakan agama resmi yang berasal dari Jepang. Shinto
merupakan penyembahan kepada kammi (dewa, roh
alam, atau sekedar kehadiran spiritual). kammi merupakan benda-benda dan
proses alam, misalnya Amaterasu, sang dewa matahari.
Ajaran Shinto sendiri
mengacu pada kepercayaan konfusianisme di China. System
kepercayaan yang dianut agama ini animisme karena mempercayai banyak dewa.
Shinto melakukan penyembahan pada arwah leluhur/ nenek moyang.
Walau demikian, kami yang paling banyak disembah umat Shinto adalah dewa matahari Amaterasu. Karena itu ajaran agama Shinto pun memuja kaisar Jepang yang dianggap keturunan Amaterasu. Berbeda dengan agama lain, dalam agama Shinto tidak ada ajaran yang pasti, tidak ada tempat ibadah khusus, tidak ada dewa yang benar-benar dianggap paling suci, dan tidak cara khusus untuk menyembah kammi.
Walau demikian, kami yang paling banyak disembah umat Shinto adalah dewa matahari Amaterasu. Karena itu ajaran agama Shinto pun memuja kaisar Jepang yang dianggap keturunan Amaterasu. Berbeda dengan agama lain, dalam agama Shinto tidak ada ajaran yang pasti, tidak ada tempat ibadah khusus, tidak ada dewa yang benar-benar dianggap paling suci, dan tidak cara khusus untuk menyembah kammi.
Setelah Perang
Dunia II, Shinto kehilangan statusnya sebagai agama resmi; sebagian ajaran dan
kegiatan Shinto yang sebelumnya dianggap penting pada masa perang ditinggalkan
dan tidak lagi diajarkan. Kemudian setelah masuklah agama Budha sekitar abad ke-5. Ajaran agama
Budha di Jepang mempercayai dewa mathari atau dikenal dengan nama Amaterasu
sebagai dewa tertinggi yang dianggap sebagai penjelmaan Budha Daichi Nyorai.
Agama Budha di Jepang yang paling terkenal adalah ajaran Budha Zen yang diserap
dari China. Sama seperti agama Budha di seluruh dunia, kitab suci agama Budha
di Jepang adalah tripitaka dan tempat ibadahnya adalah kuil. kuil-kuil
Shinto mulai dibangun sebagai rumah bagi para kami secara permanent (shaden).
2.4 Sikap orang Jepang terhadap
kebudayaan Cina
Hubungan antara
Cina dan Jepang secara resmi telah dibuka sejak abad ke-5. Hasil dari hubungan
tersebut yaitu banyak kebudayaan Cina yang masuk ke Jepang, seperti:
kesusasteraan, ilmu falak, obat-obatan, menenun dan juga agama Budha. Pada
permulaan hubungan antara Cina dan Jepang, orang-orang Jepang belum pandai
membaca dan menulis. Oleh karena itu, orang Jepang menggunakan orang Korea
sebagai perantara, bahkan juga menggunakan orang-orang Cina untuk belajar
membaca dan menulis.
Kesusasteraan
oleh orang Jepang tidak begitu saja diterapkan seperti aslinya di Cina, tetapi
oleh orang Jepang disesuaikan dengan keadaan negerinya (di-Jepang-kan).
Sehingga, walaupun mengadopsi kesusasteraan dari Cina, namun berbeda
penerapannya atau penggunaannya di Jepang.
Sejak awal
hubungan Cina dan Jepang sampai pertengahan abad ke-enam tidak ada permasalahan
yang besar. Tetapi setelah itu baru ada permasalahan yang serius dalam
menyikapi masuknya agama Budha ke Jepang. Permasalahan itu diawali dengan
pertarungan di istana Yamato tentang penerimaan citra dan kepercayaan agama
Budha sebagai suatu sistem magis dari kekuasaan yang sama atau mungkin lebih
besar dari pada Shinto yang pribumi. Pendukung masing-masing agama tersebut
saling bertarung, namun pada akhirnya pendukung agama Budha lah yang menang.
Oleh karena
jepang negeri tetangga tiongkok,maka belakulah hukum alam bedanya berhubungan
dalam kebudayaan, jadi kebudayaan yang banyak di tioangkok mengalir ke jepang
dengan adanya kontak antara kebudayaan jepang dengan kebudayaan cina.hal ini
tebukti antara lain bahwa orang jepang mempergunakan cermin dari
perunggu.sehingga menimbulkan adanya akulturasi budaya. Karena adanya orang
jepang yang bertetangga dengan orang tiongkok,dan mereka juga menyaksikan cara
hidup orang tiongkok orang-orang tiongkok,orang jepangpun tertarik oleh cara
hidup mereka,karean mereka merasa peradaban mereka sendiri sebagai orang jepang
tak setinggi orang tiongkok(tionghoa),sehingga masuklah kebudayaan tionghoa
terhadap kebudayaan mereka sehari-hari.
Banyak juga
orang jepang yang tertarik bahasa tionghoa dan mereka ada juga yang tertarik
mempelajarinya,serta banyak juga buku yang ditulis orang jepang yang
menggunakan bahasa tionghoa. Kesuksesan orang tionghoa inimembentang cara hidup
bahasa tionghoa di hadapan mata orang jepang dan membuat kebudayaan tionghoa
ini akhirnya tidak asing lagi bagi mereka,dan ada juga yang menyesuaikan cara
hidupnya dengan cara hidup oang tiongkok.
Orang-orang
tionghoa jepang juga mempelajari bahasa tionghoa bukan hanya secara pasif
saja,melanikan juga secara aktif.dengan diterimanya kebudayaan tionghoa
dijepang tak terelakan konfusianisme menjadi terkenal di jepang. Dan makin lama
pengaruh konfusianisme makin mendalam dijepang,orang jepang pun menerima
kebudayaan tersebut. Sampai pada abad ke-18,pilihan lain yang
seimbang dengan filsafat konfensius ialah filsafat Budha. Karena kedua aliran
ini datang melalui Cina, kedudukan utama ajaran Cina tidak mendapat tantangan.
Tetapi pada akhir abad ke-18 ada pula ahli piker dari jepang yang menolak
kebudayaan cina baik konfisius maupun budha. Yakni gerakan penelitian nasional
tau kokugaku.adanya norma-norma kesusilaan konfosius berlawanan dengan orang
jepang itu sendiri.adanya ajaran-ajaran cina yang kacau dan penuh kekerasan dan
menjual satu jenis tipu daya dan semangat cina,karagokoro,semangat kekerasan
dan pembangkang,bukan semangat yang arif dan berbudi